I say a little prayer for you
Pagi ketika kutulis surat ini, matahari cerah sekali, langit bersih dan aku merasa pikiranku cukup jernih untuk melakukan semua hal yang aku rencanakan hari ini. Sudah agak lama kita tidak bertegur sapa, lewat apapun, hingga akhirnya aku tulis surat anonim buatmu ke ruang publik seperti ini, berharap suatu saat energinya akan pernah menyentuhmu entah dengan cara apa.Kadang semua ini terasa seperti siklus yang berulang, ketika kita merasa pada suatu saat kita sampai lagi pada situasi yang sama. Membicarakan hal ini dengan seorang teman dekat, kami lalu jadi tergelak, ternyata dari semua skenario yang pernah aku bayangkan, pembuat skenario agung selalu punya skenario yang lebih bagus. Bahkan aku rasa, Dia punya sense of humor yang jauh lebih menarik dari yang kita bayangkan. Bahan candanya adalah hidup kita sendiri, sering kita tidak cukup fair dengan banyak hal, dan Dia masih saja berlaku adil dan bijak dengan caraNya sendiri.
Ada senandung Dionne warwick di belakang kepalaku, "I say a little prayer for you". Sebuah lagu sederhana dengan lirik memikat. Semuanya serba sederhana, hanya doa-doa kecil buat kekasih kita yang kita ucapkan sepanjang waktu. Doa adalah harapan, adalah medan energi yang lingkarannya sering melampaui apa yang di dunia nyata sering kita abaikan. Jadi kadang kita pahami seperti sesuatu yang ada di seberang kenyataan. Padahal mungkin tidak sepenuhnya begitu. Beberapa kali aku membuktikan, kerja metafisik kita itu jika dilakukan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan seperti semestinya, hasilnya benar-benar nyata. Ya, senyata pikiran dan harapan itu sendiri, dan terjadi pada saat kita justru berlepas bebas dengan hasil yang kita bayangkan.
Padamu sayang, kenyataan itu serasa bertingkat. Dibukakan pelahan, satu demi satu, semua yang pernah berlaku atasmu dan membuat aku sering tidak mengerti. Setahap demi setahap aku diajarNya untuk memahaminya. Tapi masih juga aku terlalu tolol untuk itu semua, hingga kulakukan apa yang tak semestinya aku lakukan terburu-buru. Begitulah kamu menjauh dariku ketika keraguanku mulai datang. Aku ingat ketika keyakinanku makin tebal, makin dekat pula kamu denganku, dan membuka misterimu satu demi satu. Beberapa teman sudah bilang, bahwa aku nekat. Ah tapi apalah arti itu semua? Aku cuma merasa ada yang istimewa di antara kita, ada senyummu yang selalu aku bayangkan merekah seperti senja merah itu. Then seize the day!
Kemarahan selalu bisa jadi sumber energi tapi aku selalu terlambat menyadari bahwa itu juga bisa begitu mudah menghancurkan semuanya. Tak ubahnya adalah pengaruh buruk yang menajamkan pisau yang menggarit luka dan ketakutanmu. Sungguh aku sesalkan semuanya, ketika akhirnya aku sampai disini. Terlempar ke jurang rindu yang merentang dari kemarahanku dan kebencianmu tentang hal itu.
Sungguh, tiap saat setelah aku sadari semuanya, aku kirimkan doa kecil yang kuselipkan tiap saat, sambil kukenang semua yang indah yang bisa kukenang dari kehadiranmu. Aku mencoba menghubungkan energi yang kuperoleh dari kehadiranmu untuk mengusir rasa gelisah dan marah yang kupikirkan di lingkaranmu.
...
I run for the bus dear
while riding it I think of us dear
I say a little prayer for you
at work I just take time
and all through my coffee break time
I say a little prayer for you
...
Sehari terakhir setelah sesalku atas semua itu, aku pompa energiku dekat dengan teman-teman dan keluargaku, dan rumah tempat semua energi itu aku tambang. Aku bayangkan semua bisa aku bagi dengamu, entah bagaimana caranya.
Banda Aceh, 2004